Jumat, 04 Januari 2013

HISTOPATOLOGI



HISTOPATOLOGI
Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Teknik pemeriksaaan histopatologi berguna untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikroanatomi. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Oleh karena itu, dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan preventif dan kuratif.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan. Pemeriksaan ini hendaknya disertai dengan pengetahuan tentang gambaran histologi normal jaringan sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kondisi jaringan normal terhadap jaringan sampel (abnormal). Dengan membandingkan kondisi jaringan tersebut maka dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak.
Teknik histopatologi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melihat perubahan metobolisme dari perubahan jaringan yang terjadi. Aplikasinya diawali dengan pembuatan preparat dengan menipiskan sel jaringan dari organ-organ tubuh. Untuk itu jaringan halus dapat ditanam pada parafin dengan pembekuan, selanjutnya jaringan dipotong. Prasyarat untuk mendapatkan histopatologi dan histokimia yang tepat dapat diperoleh dengan mengamati preparat dibawah mikroskop elektron. Preparat dari histopat mempunyai tanda spesifik yang terlihat dari jaringan sel dan struktur jaringan akibat serangan patogenisitas. Berikut perlengkapan yang digunakan dalam teknik histopatologi :

1.    Alas dari bahan kayu/plastik untuk pemotong jaringan.
2.    Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran lebih kecil.
3.    Pensil dan kertas untuk memberi tanda/kode jaringan.
4.    Cassette berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh jaringan setelah dipotong kecil-kecil.
5.    Tabung gelas berukuran 500- 1000 cc sebanyak kurang lebih 10 buah untuk proses dehidrasi, clearing dan bloking dengan parafin.
6.    Microtome untuk memotong jaringan setebal 4-7 um.
7.    Waterbath untuk mengembangkan hasil potongan jaringan yang ditaruh diobyek gelas.
8.    Mesin pemanas (incubator temp 56oC – 60oC) untuk mencairkan parafin selama proses blocking.
9.    Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan menyimpan hasil blocking.
10. Gelas obyek dan gelas penutup (cover).
11. Light/ compound mikroskop.

Adapun tahapan teknik histopatologi adalah sebagai berikut :
1.     Fiksasi ; bertujuan agar jaringan diusahakan mati secepatnya sehingga tidak terjadi perubahan pasca mati (autolisis post mortem) sehingga struktur jaringan sampel dapat dipertahankan seperti saat sampel masih hidup.
2.     Preparasi organ atau jaringan target dari sampel ; Seluruh organ target dalam pemeriksaaan dimasukkan dalam embedding cassete.
3.     Dehidrasi ; Tahap ini merupakan proses menarik air dari jaringan dengan menggunakan bahan kimia tertentu.
4.     Clearing ; Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan bahan kimia dehidrasi sehingga contoh sampel menjadi transparan.
5.     Infiltrasi ; Teknis histologi ini untuk menyusupkan paraffin ke dalam jaringan sampel untuk menggantikan xylol yang telah hilang, sehingga sampel tidak rusak waktu pemotongan dengan mikrotom.
6.     Teknik embedding ; Sampel yang sudah diiris pada bagian yang mengalami perubahan dimasukkan kedalam cassete embedding yang sudah diberi label dengan menggunakan pensil.
7.     Pemotongan ; Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan 4-6 um.
8.     Pewarnaan jaringan dan sediaan preparat ; Pewarnaan ini dipergunakan dengan teknik pewarnaan ganda haematoksilin dengan eosin.
9.     Pengamatan ; Pengamatan hasil untuk diagnosis dengan metode komparasi dibawah mikroskop cahaya pada pembesaran 100-1000 x





Gambar histopatologi pada lesi Lupus Eritematosus Diskoid (LED)



Terima Kasih sudah bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

www.biosm-indonesia.com 

6 komentar:

  1. proses fiksasi itu bisa sampai berapa lama? kalau mau disimpan dalam bentuk itu.

    BalasHapus
  2. Apakah bisa beli Preparat PA Kanker, untuk pembelajaran di Fakultas Kedokteran, Mohon info,
    Terima Kasih, Santoso WA 0882 100 67 039

    BalasHapus
  3. Bsa mnghubingi dokter PA.nya

    BalasHapus
  4. Kak cara mengamati jumlah makrofag neokapilerisasi dan fibroblas itu seperti apa ya ka? pada preparat histopatologi kulit tikus yg luka kak

    BalasHapus
  5. kak, bagaimn cara pemilihan sampel yg representatif untuk pemeriksaan histologi?

    BalasHapus