Selasa, 29 Januari 2013

Patologi Bedah



Patologi Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap dunia patologi dalam proses penyembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Ilmu bedah adalah spesialisasi medis kuno yang menggunakan teknik operasi manual dan instrumental pada pasien untuk menyelidiki dan/atau mengobati kondisi patologis seperti penyakit atau cedera, atau untuk membantu meningkatkan fungsi tubuh atau penampilan. Operasi bedah adalah sebuah teknologi yang terdiri dari intervensi fisik pada jaringan.
Prosedur dalam kedokteran yang melibatkan pemotongan jaringan pasien atau penutupan luka secara berkelanjutan maka dianggap sebagai bidang ilmu bedah. Prosedur lainnya yang di bawah ranah ini adalah seperti angioplasty atau endoskopy, dapat dianggap operasi jika mereka melibatkan prosedur bedah secara umum seperti penggunaan lingkungan steril, anestesi, kondisi antiseptik, instrumen bedah yang khas, dan menjahit atau stapel. Semua jenis operasi pembedahan dianggap prosedur invasif yaitu prosedur yang merujuk pada usaha menembus jaringan atau organ biologis. Sedangkan non-invasif bedah biasanya merujuk pada eksisi yang tidak menembus struktur yang memisahkan diri (misalnya laser ablasi dari kornea) atau prosedur radiosurgical (misalnya iradiasi tumor).
Patologi bedah adalah daerah praktek terpenting dan memakan waktu bagi kebanyakan patolog anatomi. Patologi bedah melibatkan pemeriksaan kasar dan mikroskopik spesimen bedah, seperti biopsi yang dibawa oleh dokter bukan bedah seperti dokter penyakit dalam, kulit, dan radiolog intervensi.
Perkembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang ilmu bedah, berhutang budi kepada ahli anatomi ilmiah, Andreas Vesalius. Dia mulai mengupas tepat dan terinci anatomi manusia. Disamping itu, pada tahun 1809 suatu ilmu bedah laparotomi pertama kali berhasil dilakukan di pedesaan Kentucky oleh Ephraim McDowell. Dia mengeluarkan tumor ovarium yang besar pada seorang pasien tanpa banyak gangguan dan hidup selama bertahun-tahun setelah proses itu. Kemajuan lain dalam dunia bedah yaitu pada tahun 1881 seorang ahli bedah abdomen, Billroth, pertama kali melakukan reseksi lambung. Dia membuang bagian lambung yang terlihat dan membentuk kembali secara kontinuitas dengan gastroduodenostomi pada seorang pasien penderita karsinoma pylorus. Fakta-fakta tersebut merupakan suatu kemajuan di bidang pembedahan.
Berikut beberapa macam ilmu bedah yang diketahui :
1.     Bedah Veteriner : pembedahan yang dilakukan terhadap hewan.
2.     Bedah Ortopedik : cabang dari pembedahan dimana “secara khusus memperhatikan terhadap pencegahan dan restorasi dari fungsi sistem skeletal, artikulasinya dan strukturnya yang saling berhubungan
3.     Bedah Antiseptik : pembedahan yang berhubungan terhadap penggunaan agen antiseptic untuk mengontrol kontaminasi bacterial.
4.     Bedah konservatif : pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi
5.     Bedah Radikal : pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti contoh pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
6.     Bedah Minor : pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara simple, tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya seperti contoh membuka abses superficial, pembersihan luka, inokuasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi.
7.     Bedah Mayor : pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan resiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten seperti contoh bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
8.     Bedah Emergency : pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
9.     Bedah Elektif : pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
10.  Pembedahan Rekonstruktif : pembedahan yang dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi seperti contoh pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi, dan sebagainya.
11.  Bedah Plastik : pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.
12.  Bedah Eksplorasi : untuk mendapatkan diagnosis pasti atau untuk konfirmasi diagnosis.
13.  Bedah Ekperimental : merupakan investgasi sistemik terhadap masalah pembedahan.
14.  Bedah Klinis : merupakan pengetahuan pembedahan dengan adanya kehadiran pasien dengan begitu gejala yang didapat dan pengobatan yang akan diberikan dapat diamati oleh siswa.
15.  Pembedahan Anatomi : merupakan daerah terbatas dari anatomi atau bagian tertentu untuk mendapatkan deskripsi yang jelas pada daerah operasi.
16.  Bakteriologi Bedah : merupakan studi terhadap masalah mikroorganisme seperti contoh bakteriologi bedah pada luka.
17.  Patologi Bedah : merupakan cabang patologi dimana berhubungan terhadap efek yang ditimbulkan tubuh hewan terhadap kondisi pembedahan.




Salah satu operasi bedah : Dokter bedah kardiotorak melakukan penggantian katup mitral di Fitzsimons Army Medical Center

Spesimen jaringan jantung melalui pembedahan







Terima Kasih sudah bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :
www.biosm-indonesia.com

Jumat, 18 Januari 2013

Sitopatologi



Sitopatologi
Sitopatologi atau patologi seluler adalah cabang ilmu patologi anatomi yang mempelajari perubahan di tingkat sel akibat dari suatu penyakit. Sitopatologi berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam. Sitopatologi berbeda dengan histopatologi. Histopatologi mengacu pada pemeriksaan mikroskopik jaringan untuk mempelajari manifestasi penyakit. Secara khusus, dalam pengobatan klinis, histopatologi mengacu pada pemeriksaan spesimen biopsi atau bedah oleh ahli patologi, setelah spesimen diproses dan bagian histologis ditempatkan ke preparat kaca. Sebaliknya, sitopatologi memeriksa sel-sel bebas atau fragmen jaringan. Sitopatologi berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau sayatan dengan menggunakan jarum tajam.
Sitopatologi merupakan ilmu turunan dari ilmu sitologi yaitu ilmu yang mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia.
Teknik yang digunakan dalam sitopatologi merupakan bagian dari teknik klinis patologi anatomi, akan tetapi dalam sitopatologi hanya berorientasi pada sel bukan jaringan (histopatologi). Berikut perlengkapan yang diperlukan untuk teknik sitopatologi :

1.    Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran lebih kecil yaitu sel.
2.    Pensil dan kertas untuk memberi tanda/kode jaringan.
3.    Cassette berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh sel yang akan diteliti.
4.    Tabung gelas berukuran 500- 1000 cc sebanyak kurang lebih 10 buah untuk proses dehidrasi, clearing dan bloking dengan parafin.
5.    Microtome untuk memotong jaringan setebal 4-7 um.
6.    Waterbath untuk mengembangkan hasil potongan jaringan yang ditaruh diobyek gelas.
7.    Mesin pemanas (incubator temp 56oC – 60oC) untuk mencairkan parafin selama proses blocking.
8.    Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan menyimpan hasil blocking.
9.    Gelas obyek dan gelas penutup (cover).
10. Light/ compound mikroskop.
Adapun tahapan teknik histopatologi adalah sebagai berikut :
1.     Fiksasi ; bertujuan agar jaringan diusahakan mati secepatnya sehingga tidak terjadi perubahan pasca mati (autolisis post mortem) sehingga struktur jaringan sampel dapat dipertahankan seperti saat sampel masih hidup.
2.     Preparasi organ atau jaringan target dari sampel ; Seluruh organ target dalam pemeriksaaan dimasukkan dalam embedding cassete.
3.     Dehidrasi ; Tahap ini merupakan proses menarik air dari jaringan dengan menggunakan bahan kimia tertentu.
4.     Clearing ; Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan bahan kimia dehidrasi sehingga contoh sampel menjadi transparan.
5.     Infiltrasi ; Teknis histologi ini untuk menyusupkan paraffin ke dalam jaringan sampel untuk menggantikan xylol yang telah hilang, sehingga sampel tidak rusak waktu pemotongan dengan mikrotom.
6.     Teknik embedding ; Sampel yang sudah diiris pada bagian yang mengalami perubahan dimasukkan kedalam cassete embedding yang sudah diberi label dengan menggunakan pensil.
7.     Pemotongan ; Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan irisan 4-6 um.
8.     Pewarnaan jaringan dan sediaan preparat ; Pewarnaan ini dipergunakan dengan teknik pewarnaan ganda haematoksilin dengan eosin.
9.     Pengamatan ; Pengamatan hasil untuk diagnosis dengan metode komparasi dibawah mikroskop cahaya pada pembesaran 100-1000 x



Terima Kasih sudah bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :

IMUNOHISTOKIMIA



IMUNOHISTOKIMIA
Imunohistokimia adalah suatu metode kombinasi dari anatomi, imunologi dan biokimia untuk mengidentifikasi komponen jaringan yang memiliki ciri tertentu dengan menggunakan interaksi antara antigen target dan antibodi spesifik yang diberi label. Imunohistokimia merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan. Nama imunohistokimia diambil dari nama immune yang menunjukkan bahwa prinsip dasar dalam proses ini ialah penggunaan antibodi dan histo menunjukkan jaringan secara mikroskopis. Dengan kata lain, imunohistokimia adalah metode untuk mendeteksi keberadaan antigen spesifik di dalam sel suatu jaringan dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi (Ab) dan antigen (Ag) pada jaringan hidup. Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi tergantung dari tujuan pemeriksaan.
Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, therapi, dan prognosis kanker. Teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan (histologi) untuk diamati dibawah mikroskop. Interaksi antara antigen-antibodi adalah reaksi yang tidak kasap mata. Tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. Adapun beberapa marker yang berupa senyawa berwarna antara lain :
·           Luminescence
·           Zat berfluoresensi : fluorescein, umbelliferon, tetrametil rodhamin
·           Logam berat : colloidal, microsphere, gold, silver, label radioaktif
·           Enzim : Horse Radish Peroxidase (HRP) dan alkaline phosphatase.
Enzim (yang dipakai untuk melabel) selanjutnya direaksikan dengan substrat kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang dapat diamati dengan mikroskop bright field (mikroskop bidang terang). Akan tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dunia biologi, teknik imunohistokimia dapat langsung diamati (tanpa direaksikan lagi dengan kromogen yang menghasilkan warna) dibawah mikroskop fluorescense.
Langkah-langkah dalam melakukan imunohistokimia dibagi menjadi 2, yaitu preparasi sampel dan labeling. Preparasi sampel adalah persiapan untuk membentuk preparat jaringan dari jaringan yang masih segar. Preparasi sample terdiri dari pengambilan jaringan yang masih segar, fiksasi jaringan biasanya menggunakan formaldehid, embedding jaringan dengan parafin atau dibekukan pada nitrogen cair, pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom, deparafinisasi dan antigen retrieval untuk membebaskan epitop jaringan, dan bloking dari protein tidak spesifik lain. Sampel labeling adalah pemberian bahan-bahan untuk dapat mewarnai preparat. Sampel labeling terdiri dari imunodeteksi menggunakan antibodi primer dan sekunder, pemberian substrat, dan counterstaining untuk mewarnai jaringan lain di sekitarnya. Antibodi adalah suatu imunoglobulin yang dihasilkan oleh sistem imun dalam merespon kehadiran suatu antigen tertentu. Antibodi dibentuk berdasarkan antigen yang menginduksinya. Beberapa antibodi yang telah teridentifikasi adalah IgA, IgD, IgE, IgG, dan IgM. Antigen adalah suatu zat atau substansi yang dapat merangsang sistem imun dan dapat bereaksi secara spesifik dengan antibodi membentuk kompleks terkonjugasi. Ikatan antibodi-antigen divisualisasikan menggunakan senyawa label/marker.
IHC merupakan teknik deteksi yang sangat baik dan memiliki keuntungan yang luar biasa untuk dapat menunjukkan secara tepat di dalam jaringan mana protein tertentu yang diperiksa. IHC juga merupakan cara yang efektif untuk memeriksa jaringan. Teknik ini telah digunakan dalam ilmu saraf, yang memungkinkan peneliti untuk memeriksa ekspresi protein dalam struktur otak tertentu. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang spesifik terhadap protein tertentu tidak seperti teknik imunoblotting yang dapat mendeteksi berat molekul protein dan sangat spesifik terhadap protein tertentu. Teknik ini banyak digunakan dalam diagnostik patologi bedah terhadap kanker, tumor, dan sebagainya. Adapun marker untuk diagnosa IHC adalah sebagai berikut:
  • Carcinoembryonic antigen (CEA): digunakan untuk identifikasi adenocarcinoma.
  • Cytokeratins: digunakan untuk identifikasi carcinoma tetapi juga dapat terekspresi dalam beberapa sarkoma.
  • CD15 and CD30 : digunakan untuk identifikasi Hodgkin's disease
  • Alpha fetoprotein: untuk tumor yolk sac dan karsinoma hepatoselluler
  • CD117 (KIT): untuk gastrointestinal stromal tumors (GIST)
  • CD10 (CALLA): untuk renal cell carcinoma dan acute lymphoblastic leukemia
  • Prostate specific antigen (PSA): untuk prostate cancer estrogens dan progesterone staining untuk identifikasi tumor
  • Identifikasi sel B limfa menggunakan CD20
  • Identifikasi sel T limfa menggunakan CD  3






Terima Kasih sudah bekunjung di blog labpatologianatomi ini...
Dalam blog ini akan Kami share segala sesuatu seputar patologi anatomi
Kami pun menyediakan segala keperluan laboratorium patologi anatomi (khususnya) dan laboratorium umum...
Untuk info lebih lanjut, silahkan kunjungi link di bawah ini :
www.biosm-indonesia.com